Do you know how many species of cetacean (whales and dolphins) can find in Indonesia Water?
18 species of whales and dolphins recorded to find in Komodo National Park.
It shows that Indonesia has a high biodiversity. If you want to know more about it, you can see at http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0212/20/dikbud/meng44.htm
Article in details.....
Jumat, 20 Desember 2002
Mengendus Paus di Taman Nasional Komodo
PAUS tak hanya bisa ditonton di bioskop atau VCD. Di negeri kita, paus pun beredar.
Siapa bilang di negeri kita ini tak ada paus? Saya sendiri pernah terpikir untuk mengumpulkan uang saja demi melihat binatang raksasa ini di Antartika atau daerah dingin lainnya. Masalahnya, berapa lama lagi saya bisa melihatnya?
Padahal, di Indonesia banyak jenis paus dan lumba-lumba. Tercatat tak kurang dari 30 jenis paus dan lumba-lumba tersebar di perairan Indonesia. Informasi bahwa di negeri kita menyimpan banyak jenis memang tak terpublikasikan. Hanya penduduk di sekitar pantai saja yang tahu akan keberadaan paus dan lumba-lumba.
Tontonan mengharukan
Akhirnya, saya tak perlu pergi ke luar Indonesia untuk menyaksikan paus dan lumba-lumba di habitatnya. Saya cukup bergabung dengan tim pemantauan paus dan lumba-lumba di perairan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) dan sekitarnya. Tim ini terdiri dari anggota yang berasal dari Taman Nasional Komodo dan LSM Lingkungan bernama The Nature Conservacy.
Semua perlengkapan pengamatan telah kami siapkan. Misalnya saja binokuler, kamera dengan lensa tele, hidrofon (alat yang digunakan untuk mendengar suara paus dan lumba-lumba), dan kacamata polarisasi. Selain itu tak lupa kami membawa lembar pengamatan serta buku identifikasi.
Pemantauan ini dilakukan dalam dua tahap masing-masing dilakukan dengan menggunakan speedboat dan kemudian kapal kayu. Yang kami lakukan hanya duduk di atas kapal yang tengah berjalan sembari berusaha melihat apakah ada kilatan atau sesuatu yang terapung atau embusan di permukaan air laut.
Awalnya agak sulit melakukan hal itu, apalagi saat membedakan kayu terapung dengan lumba-lumba. Suatu ketika speedboat yang kami tumpangi berhenti karena anggota tim melihat sirip lumba-lumba. Setelah kami dekati ternyata betul dugaan kami, ada lima lumba-lumba jenis Hidung Botol (Bottlenose Dolphin - Tursiops trucantus). Jenis inilah yang paling sering digunakan sebagai hewan pertunjukan.
Setelah mengidentifikasi, kami melanjutkan perjalanan ke arah utara perairan TNK. Tak berapa lama speedboat kami berhenti lagi. Kami melihat sekelompok lumba-lumba Paruh Panjang (Spinner Dolphin - Stenella longirostris) dan lumba-lumba Filipina (Spotted Dolphin - Stenella attenuata) yang jumlahnya ratusan sedang sibuk mengejar ikan-ikan yang berenang di sekitar speedboat kami. Rupanya burung-burung camar pun tidak mau ketinggalan berebut ikan-ikan tersebut, sehingga membuat suatu nuansa pemandangan yang indah sekali.
Sebetulnya, saya sudah pernah melihat lumba-lumba di laut bebas. Saya sering melihat pada saat menyeberangi selat antara Bali dan Lombok. Tetapi, belum pernah saya melihat dalam jumlah ratusan. Dan, terus terang, saya lebih antusias bertemu dengan paus. Bayang-bayang tentang paus yang hanya pernah saya lihat di televisi memenuhi kepala saya.
Pemimpin tim pemantauan bilang bahwa kalau beruntung, saya akan bertemu dengan hewan besar itu. Tapi, jangan terlalu berharap, karena paus sesungguhnya selalu bergerak dan menyelam. Mereka hanya muncul di permukaan untuk mengambil napas atau pada saat tengah bermain. Sesekali muncul ketika berburu makanan. Sementara, kawasan yang kami survei hanya sebagian kecil dibanding luasnya lautan.
Tiba-tiba teriakan anggota tim memecahkan semua lamunan saya. Rupanya ada yang melihat semburan air di kejauhan. Saya mencoba mengamati, rupanya di antara awan-awan yang nun jauh di sana terlihat menyerupai asap putih yang terembus dari permukaan laut. Speedboat kami buru-buru mendekati. Semakin lama, kami melihat dengan jelas betapa embusan itu berasal dari gundukan hitam yang mengapung di permukaan laut.
Paus? "Oooh..ini yang disebut paus," ujar saya dalam hati seraya tertegun. Belum sempat saya melihat dengan seksama, bayangan itu sudah mengangkat ekornya dan menyelam. Pimpinan tim mulai menghitung waktu.
"Kita tunggu sekitar 45 menit lagi, dia akan muncul kembali di permukaan," ujar salah seorang anggota tim. Sementara itu, ia mulai memasukkan hidrofon ke dalam air. "Mereka masih di sekitar sini," ujarnya lagi. Rupanya hidrofon itu menangkap suara paus Sperma (Sperm Whale - Physeter macrocephalus) yang menyerupai derap kaki kuda di air.
Saya tidak sabar menengok jam sambil bersiap-siap menenteng kamera. Semua anggota disebar untuk melihat ke seluruh penjuru. Sudah 47 menit berlalu, tiba-tiba salah satu dari kami berteriak lagi, "Itu di sana!"
Rupanya paus tadi muncul lagi sekitar 300 meter dari kapal. Kami segera mendekati. Tapi, kami harus menjaga jarak sekitar 50 meter dari paus agar tak mengganggu. Paus itu tampak seperti seekor kerbau yang tengah berenang. Dari lubang pernafasannya (blow hole) terembus air yang mengarah ke samping. Ia tampak tenang berenang seolah tak menyadari kehadiran kami. Selama hampir delapan menit kami mengamatinya.
Semua orang bersiap untuk mengabadikan bagian ekor untuk keperluan identifikasi individu. Lamat-lamat paus itu mengangkat ekornya dan mengibaskan seolah mendorong badannya masuk ke kegelapan lautan.
Baru saja kami memotret paus satu ini, anggota tim lain sudah berteriak karena melihat beberapa embusan air di kejauhan. Ternyata paus Sperma tadi tidak sendirian. Ia berada dalam kelompok. Jumlahnya ada sekitar tujuh ekor dan satu ekor anak.
Sebagian paus Sperma betina biasa hidup berkelompok mendiami satu perairan. Sedangkan yang jantan hanya pada saat berkembangbiak dan setelah itu ia bermigrasi ke arah Kutub Selatan atau Utara. Walaupun jumlahnya masih banyak, tapi jenis ini yang paling banyak diburu dan diperdagangkan.
"Luar biasa...!" ujar kami saat melihat paus itu di depan kami. Baru pertama kali saya melihat hewan dengan panjang hampir 12 meter. Hewan itu lebih panjang dari speedboat yang kami tumpangi. Jumlahnya lebih dari satu pula dan kami melihatnya di negeri sendiri. Memang betul kata pimpinan tim, hari itu adalah keberuntungan kami.
Terancam punah
Sayang, dari sejumlah itu, keberadaan paus itu juga diiringi dengan kepunahannya. Salah satu penyebabnya adalah perburuan besar-besaran untuk alasan komersial yang sebetulnya telah dilarang oleh perjanjian internasional. Namun, masih banyak negara yang tidak setuju dengan peraturan tersebut.
Selain itu gangguan di laut juga ditengarai jadi penyebab berkurangnya populasi paus dan lumba-lumba. Misalnya saja polusi dari daratan yang melimpah ke lautan, penggunaan pukat, jaring udang atau ikan, dan baling-baling kapal seringkali menyebabkan hewan ini terjerat hingga luka bahkan mati. Asal tahu saja, beberapa jenis hewan ini adalah pemakan ubur-ubur. Seringkali mereka malah memakan plastik yang mengapung di permukaan air laut. Plastik-plastik itu adalah sampah yang dibuang sembarangan ke laut.
Kelompok hewan ini menggunakan pendengaran (ecolocation) untuk menentukan arah pergerakannya. Penangkapan ikan yang menggunakan bom tentu saja akan mengganggu kehidupan hewan ini.
Paus dan lumba-lumba adalah mamalia yang hidup di perairan. Beberapa jenis di antaranya mampu menyelam hingga kedalaman 3.000 meter di bawah permukaan laut. Sejumlah paus menyusui anaknya lebih dari satu tahun lamanya. Seekor paus memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi dewasa dan siap berkembang biak. Ada yang membutuhkan waktu hampir 10 tahun. Hewan terbesar di dunia pun masuk di kelompok ini, yaitu jenis paus Biru yang panjangnya mencapai 30 meter.
Dari pemantauan yang dilakukan di TNK sejak tahun 1999 hingga saat ini, tercatat beberapa jenis paus dan lumba-lumba yang telah teridentifikasi di perairan TNK. Di antaranya mamalia terbesar seperti paus Biru (Blue Whale - Balaenoptera musculus), paus Pembunuh (Killer Whale - Orcinus orca) atau hewan yang sempat nongol di film Free Willy, paus Pilot bersirip pendek (Pilot Whale - Globicephala macrorynchus), dan paus Cuvier (Cuvier Beaked Whale - Ziphis cavirostris). Jenis yang dianggap baru karena ukurannya lebih kecil dari yang biasa ditemukan dan setelah diuji DNA adalah paus Bryde Mini (Pygmy Brydes Whale -Balaenoptera edeni). Sedangkan jenis lumba-lumba antara lain lumba-lumba Berpunggung Punuk Indo Pasifik (Indo-Pacific Humpbacked Dolphin - Sousa chinensis), lumba-lumba Biasa (Common Dolphin - Delphinus sp.), dan lain-lain.
Negeri kita yang didominasi oleh lautan ternyata menyimpan keanekaragaman. Paus dan lumba-lumba itu kini terancam kepunahan. Bukan tidak mungkin keanekaragaman itu bakal cuma menjadi cerita. Mereka membutuhkan perlindungan. Kalau bukan dari kita, siapa lagi?
CATHERINE K WINATA Mantan anggota tim monitoring The Nature Conservacy di Taman Nasional Komodo
No comments:
Post a Comment