Sunday, February 23, 2014

Banjir Jakarta 2014

Sudah 1.5 tahun ini, saya harus pulang pergi ke Jakarta - Bandung. Artinya sudah 2 kali musim hujan, kami harus 'struggle' ke kantor pada musim hujan ini.
Memang rumahnya kena banjir? Enggak sih... tapi tahukah berapa lama waktu yang ditempuh untuk mencapai kantor? Cibubur-Kalibata yang biasa pagi ditempuh 1.5 jam, pada saat musim hujan bisa mencapai 5 jam. Begitu pula Serang- Jakarta Selatan, yang biasanya ditempuh dalam waktu 2 jam, terpaksa ditempuh dalam waktu 5 jam, tanpa dapat mencapai tempat yang dituju. Kembali ke rumah pun tidak mungkin karena tidak ada jalan yang tidak macet, karena sana sini tergenang air banjir.

Ada apa sebenarnya dengan kondisi Jakarta sekarang ini? Jadwal banjir besar setiap 5 tahun sekarang ini, sudah tidak berlaku lagi. Setiap kali hujan lebih dari 1 hari di Bogor, pasti kami yang di Jakarta harus bersiap-siap banjir.

Saya teringat, waktu hendak mengajarkan fungsi pohon untuk anak2 TK. Waktu itu kami menggunakan polibag berisi tanaman dan satu tanpa tanaman. Kedua polibag itu kami sirami dengan jumlah air yang sama dan airnya kami tampung dengan botol kaca. Dari situ terlihat perbedaan hasilnya. Tanah tanpa tanaman jumlahnya lebih banyak daripada yang berisi tanaman. Akar tanaman tersebut memegang tanah, sehingga daerah tersebut berfungsi seperti kapas yang menampung air.

Menurut analisa saya, itulah yang terjadi di Jakarta saat ini. Tidak adanya hutan di daerah Bogor, Puncak dan daerah lain sekitar Jakarta. Tidak ada lagi 'kapas-kapas' penyerap air tersebut. Semua air terbawa turun. Belum lagi seperti data yang diperoleh, bahwa terjadi penurunan tanah di Jakarta yang disebabkan banyaknya orang yang menggunakan sumur resapan. Hutan mangrove di pantai pun sudah hampir tidak ada, belum lagi reklamasi pantai yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang. Akibatnya terjadi abrasi pantai, dimana air laut naik sampai ke daratan karena tidak ada lagi yang menahan energi gelombang yang besar itu. Ditambah lagi tidak adanya kesadaran masyarakat untuk membuang sampahnya di tempat yang benar.

Hal ini beda sekali dengan tempat saya tinggal sebelumnya.... Lagoi, Bintan. Hutan resapan tidak diperbolehkan diganggu. Hujan di Lagoi bisa beberapa minggu terus menerus tanpa berhenti, tapi tidak ada yang namanya banjir. Beda sekali dengan area di luar Lagoi yang hutannya sudah hampir habis dengan adanya illegal logging. Begitu banjir, beberapa titik  sudah mulai digenangi air.  Selain itu Lagoi mempunyai reservoar sebesar 6 hektar yang menjadi sumber air minum.  Air hujan yang banyak ini pun mengalir ke dalam danau melalui hutan resapan yang mengelilingi reservoar ini.

Oleh karena itu, apapun yang dilakukan Pemda Jakarta, tidak akan pernah berhasil tanpa dukungan dari Jawa Barat dan Banten.

Mengingat tinggal sedikitnya ruang hijau di perkotaan, maka sudah selayaknya kita menggalakkan dan menyebarkan pesan ke rekan-rekan kita untuk mulai menanam pohon. Satu rumah minimal satu pohon....Mari!